Ditengah tuntutan global akan metode yang lebih etis dan ilmiah, Balai Pengujian Produk Biologi (BPPB) mengambil langkah nyata menuju masa depan pengujian yang lebih modern. Pada tanggal 23-24 April 2025, BPPB menyelenggarakan Workshop on Monocyte Activation Test (MAT) di Jakarta yang merupakan sebuah terobosan penting dalam pengembangan metode pengujian pirogen secara in vitro yang lebih presisi, efisien, dan ramah lingkungan.
Workshop ini terselenggara dengan dukungan teknis dari mitra baik nasional (PT. Besha Analitika) serta internasional (Wako Fujifilm, Jepang) dan difokuskan pada peningkatan kapasitas dalam pengujian pirogen secara in vitro.
MAT merupakan metode in vitro yang dikembangkan sebagai alternatif pengujian kandungan pirogen dalam sediaan parenteral. MAT telah diakui oleh berbagai standar Internasional seperti European Pharmacopeia, British Pharmacopeia, United States Pharmacopeia, serta WHO Guidelines. Berbeda dari metode endotoksin bakteri (Bacterial Endotoxin Test/BET) yang hanya dapat mendeteksi kontaminan berupa endotoksin dari bakteri gram negatif, MAT mampu mendeteksi berbagai jenis pirogen termasuk Non-Endotoxin Pyrogens (NEP) seperti dari bakteri gram positif, virus, dan komponen pirogen lainnya. Selain itu, MAT memberikan hasil yang kuantitatif dan dapat menjadi alat yang lebih komprehensif dalam memastikan keamanan produk.
Workshop MAT ini dihadiri oleh personel BPPB serta perwakilan dari berbagai unit kerja di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), antara lain Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif; Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif; serta Balai Pengujian Khusus Obat dan Makanan. Kegiatan ini menjadi wadah berbagai pengetahuan dan praktik terbaru dalam pengujian pirogen sekaligus memperkuat sinergi antar unit dalam peningkatan mutu pengawasan obat dan produk biologi di Indonesia.
Melalui workshop ini, BPPB bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi teknis personel laboratorium, khususnya dalam penugasan metode uji in vitro seperti MAT. Penguasaan terhadap metode ini menjadi langkah penting dalam memastikan keamanan sediaan parenteral yang beredar di masyarakat, serta sebagai bentuk adaptasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pengujian produk biologi.
Selain peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), kegiatan ini juga merupakan bagian dari komitmen strategis BPPB dalam menjawab tuntutan pengawasan mutu produk biologi yang semakin kompleks. Kedepannya, BPPB menargetkan untuk menjadi pusat rujukan nasional dalam pengujian biologi, dengan kemampuan uji yang mengikuti standar global serta responsif terhadap perkembangan ilmu dan regulasi internasional.
BPPB memproyeksikan diri untuk menjadi pusat rujukan nasional di masa depan dengan memperkuat kapasitas SDM, memperluas jejaring kolaborasi, serta terus mendorong penerapan metode uji yang sesuai dengan standar internasional. Melalui komitmen ini, BPPB diharapkan dapat terus berkembang menjadi the leading laboratory dalam pengawasan produk biologi di Indonesia, bahkan mampu berperan aktif di tingkat global dalam menjawab tantangan pengujian produk biologi ke depan.